Rabu, 09 Juni 2010

-Berkebun di Atas Gambut secara Organic



"Papua ini ayah,..kita sampai di papua ini ayah", celoteh anak ku yang pertama saat kami memasuki lumpur gambut di jalan menuju kebun semangka milik temanku yang juga ngaku aktivis tapi kerjanya berkebun mulu- "kitakan harus memberdayakan masyarakat petani Bang", ujarnya dengan semangat.

Mboh lah,...disaat seperti ini aku rasa apa yang telah dilakukan oleh kawanku ini sangat berarti dan penting bagi petani yang hanya memiliki lahan sepetak dan bekerja hanya untuk menyambung hidup untuk hari esok. Temanku ini tidak banyak teori, wacana, diskusi dan buat proposal kaya aktivis-aktivis kebanyakan. Dia ini suka mengucurkan keringat sendiri, dan nyangkul aja kerjanya,--rambutnya sampai keriting ya itu tadi mikirin gimana caranya bisa "mandiri secara ekonomi"--ujarnya sambil ngelap keringat di pondok kebun semangkanya yang siap panen.

Aku bersama bojoku, dan ke dua anakku mendapat undangan sepesial dari temanku ini untuk makan semangka di kebunnya. Maklumlah aku ini juga aslinya urang ndeso, dan juga kebetulan cari yang gratisan, makanya dengan semangat 45' aku bersama keluargku ini pagi-pagi sekali udah pada siap kaya mau berangkat liburan jauh aja. Anaku yang paling kecil, cuman cengar-cengir doank, sedangkan anakku yang pertama udah kasak kusuk cari baju yang bagus, pake topi, siapin tas dan pake sepatu. Karena dianggapnya ini liburan jauh dan pasti deh kalo ngga ke kota dan langsung ka pusat pertokoan (mall), yang dikotaku Banjarmasin itu tempat libur keluarga paling favorit banget deh...

Makanya setelah sampai di tengah semak belukar yang udah jadi kebun dan jalan yang amblas di atas gambut, dikiranya sudah sampai papua aja.... sampai dirumah juga, waktu ditanya eyangnya, masih dikatakanya liburan di Papua...

Ternyata untuk sampai ke kebun semangka temanku ini, jauhnya ma ujubilah. Ini karena jalanya yang rusak parah lagi. Rombongan keluarga ku ini naek kuda jepang (sepedamutur), tapi karena jalanya rusak berat di lanjutkan jalan kaki lagi kurang lebih 1 kilometer. Pokoknya seru dan penuh perjuangan lah...yang penting bisa dapat semangka gratis aja.

Sampai di kebun temanku ini, jadi iri juga jadinya. Semangkanya udah di tumpuk-tumpuk untuk di bawa ke jalan yang lebih baik, katanya pembeli udah datang dan tidak perlu susah-susah pemasaran, para tengkulak sebelum jadi buah semangka aja sudah data sana -data sini kaya petugas sensus aja, siapa yang mau jual dengan harga segini, plus ongkos angkut segala di tawarkan, pokoknya belum di petik aja udah terjual buah semangkanya. Harga sih lumanyan tinggi, ambil ditempat untuk ukuran yang 5 kilo ketas Rp. 3.500 per kilo, sedangkan yang dibawah 5 kilo beratnya di hargai Rp.1.500-2.000 per kilonya.

Panas-panas...., langsung disuguhi buah semangka yang baru dipetik, segeerrrr...rrr...rrr....dan nikmat banget. Terpuaskan juga jerih payah perjalanan yang melelahkan--Kepada temanku "ABU"Gimbal--terimakasih atas undangannya..semoga sukses dan tetap giat untuk mandiri secara ekonomi tanpa harus membuat proposal terus.

Banjarbaru, 6 Juni 2010

2 komentar:

  1. asiik akhirnya bisa jua komentar di posting ini. kayanya ikam kebanyakan dosa Jhon, jadi kada bisa komen ... hehehe

    BalasHapus