
BAHUMA merupakan sebuah pekerjaan nang menjadi kebiasaan sejak turun temurun dari masyarakat adat dayak bukit di pegunungan meratus kalimantan selatan. Bahuma dalam arti adalah membuka kawasan hutan, setelah itu dibakar dan ditanami banih alias padi dengan cara di tugal.
Masa bahuma ini antara 7-8 bulan, jadi kalo bahuma hanya bisa satu kali dalam satahun, kada kaya ba-sawah yg bisa setahun 2 kali, karena susahnya bahuma ini, banyak dari masyarakat dayak nang memenuhi kebutuhan makannya, umpat manukar baras (beras) dari kuta (kota). Sehingga budaya untuk bahuma lama-kelamaan bisa hilang.
Beberapa penyebab hilangnya sistem bahuma ada beberapa sebab; pertama, karena lahannya sudah semakin sedikit, karena sudah banyak dibuka oleh perkebunan sawit atawa pertambangan. sehingga hutan nang dahulu merupakan wilayah adat masyarakat yg sekaligus menjadi tempat bahuma habis di babat oleh perkebunan dan pertambangan, kedua; perubahan iklim dan cuaca. karena bahuma tergantung dengan iklim, dan biasanya dahulu musim hujan dan kemarau bisa di prediksi, namun sekarang sudah susah, sehingga ,menyebabkan sistem bahuma jua berpengaruh, dan ketiga; budaya bahuma sudah banyak ditinggalkan, apalagi kalo jalan sudah terbuka dan masyarakat sudah bisa membeli tipi, sehingga malas untuk mau masuk kehutan, lebih suka nang praktis saja, membeli beras dari kota lebih mudah daripada membuka lahan di hutan yg memerlukan tenaga dan jauh dari rumah.
Padahal dalam sistem Bahuma, unsur kearipan dengan alam sangat kental sekali, karena semua proses dalam membuat huma pasti berkaitan dengan tanda2 alam dan petuah2 yg juga dapat petunjuk dari alam. Sehingga dalam pembukaan huma baru, tidak sembarangan dan harus mematuhi aturan2 adat dan sistem yg dibangun juga harus memenuhi kearipan lokal.
Uniknya bahuma orang dayak di peg.meratus berada di atas bukit dan lereng-lereng bukit, dan kalo kita liat ada yang sampai 90 derajat kemiringannya, tapi itulah sebuah keahlian mereka dalam sisitem huma ini di komunitas dayak bukit di Peg.Meratus.
Tapi sekarang sejak dunia ini dirambah oleh teknologi, sistem yg dibangun oleh masyarakat sedikit demi sedikit sudah mulai ditinggalkan. Aku pernah masuk ke salah satu komunitas masyarakat dayak di Peg. Meratus, bagaimana teknologi sudah membuat para pemudanya meninggalkan adat istiadat dan melanggar aturan2 adat sangat nyata sekali.
Dimana-mana pemuda dan pemudinya sudah menggenggam hape merk terbaru buwatan cina, dan semua orang juwa tahu bahwa di kampung belum ada sinyal hape, kalopun handak menelpon harus naik dahulu keatas bukit 2-4 kilometer baru bisa kita mendapatkan sinyal, itupun tergantung cuaca. Tapi bagi para pemuda itu adalah gengsi alias kebanggan tersendiri-kalo punya hape baru maka cewe pasti akan suka, dan yg paling penting bagi mereka ini, aku liat hape bukan untuk menelpon, wong siapa juga temannya dikota, hape untuk mendengarkan radio--dan yg paling gilanya lagi, ada beberapa hape yg kebetulan aku pinjam dan aku cek dibagian memorinya ada filem porno. Aku tanya apakah mereka yg meminta di isi, mereka malah tidak tahu, katanya sudah ada sewaktu membeli hape di toko.
Wah..wah..wah...penyeberan pornografi sudah sangat canggih sekali. jadi sebetulnya kalo mau razia pornografi periksa saja toko2 penjual hape, pasti deh banyak ketemu.
Padahal Bahuma sendiri menjadikan masyarakat lebih akrab dan kekeluargaan, karena sistem "handep" yg dipakai dalam membuat huma masih di pakai. yaitu sistem bantu membatu dalam membuka huma oleh keluarga dan kerabat dekat tanpa perlu harus keluar duwit, hanya bergantian membantu dalam menebang, membersihkan dan menanam banih sampai proses panennya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar