Senin, 19 September 2011

ANGKUT KAYU BEBAS RAJIA




Kompoi SAPI di dalam kota RANTAU menuju lokasi Pengolahan Kayu/Sawmill. Pemandangan seperti ini setiap hari kita temu di kota rantau, dan tidak ada satupun pihak berwajib (polisi/kehutanan) yang melakukan penertipan atawa RAJIA.
Dalam hal mamintari (baca;akal bulus), urang banjar ka dida habisnya. Amun ujar urang bahari (baca ; dahulu) kalo maling to lebih lihai (baca :ahli/pintar) daripada pulisi (baca : polisi). Kira2 nang kaya itu nang terjadi di kotaku ini.

Dalam hal ini terjadi pada penebang  kayu=pencuri kayu=illegal logger.  Saat ini kalo ada urang yang melakukan penebangan kayu kadida surat manyurat apalagi sampai masuk katangah kuta (baca;kota), alamat  am pang pasti ditahan atawa di masukan ka dalam panjara oleh pihak nang berwajib.

Tapi di kota RANTAU ini, salah satu Kabupaten yang berada di Propinsi Kalimantan Selatan, hal ini tidak berlaku, karena urang bebas aja menebang kayu apalagi membawanya keluar-masuk kota untuk dijuwal belikan. Dan ini bukan sembarang kayu, bukan juwa jenis; papan, balok, atawa reng yang dibawa tapi jenis kayu dalam bentuk log (bac;kayu bulat) dengan panjang 4 meter sanpai 5 meter.  

Yang jadi pertanyaan kenapa ini bisa terjadi..? Kenapa polisi tidak bisa menangkap..? Apakah ada maen mata dengan pihak kehutanan, kepolisian atawa pihak perusahaan…?. Jawabnya..? TIDAK ADA ATURAN ALIAS HUKUMNYA. 

Kalo diangkut menggunakan truk engkel, atawa sepedamotor, polisi pasti menanyakan surat menyurat atawa  kelengkapan kendaraan lainnya, kaya SIM (baca; surat ijin mengemudi), dokumen kayu (baca;skshh) atawa surat tumatan pambakal (baca;kades). Tapi nang membawa kayu ini menggunakan SAPI. Kalo di pulau jawa mungkin disebut oleh orang PEDATI. Dengan menggunakan SAPI ini pihak kepolisian dan kehutanan menjadi serba salah. Mau ditangkap menggunakan aturan nang mana? Alat angkut hanya mencantumkan  roda empat dan roda duwa, tapi tidak mencantumkan aturan tentang SAPI.

Aku pernah tanya kepada salah seorang pegawai kehutanan, “kok tidak ditangkap, padahal itu jelas2 illegal logging”, ujarku sok tahu. Tapi menurut temanku itu “ tidak bisa di tangkap mas, karena dia bukan menggunakan alat angkut, maksudnya; truk atawa sepedamotor. 

Jadi sampai sekarang, kegiatan penebangan dan juwal kayu log masih bebas berkeliaran termasuk sapinya juga di dalam kota. Dan kadang2 rombongan sapi ini bisa sampai 20 meter lebih. Seperti orang kompoi (baca;konvoi). Dan celakanya bisa membuwat macet jalanan—Tapi pihak polisi dan kehutanan cuwek dan tidak peduli---Ini salah siapa?






2 komentar:

  1. hahahahaaaa ... ternyata polhut bisa juga dikelabui. maling memang biasanya lebih jago daripada pulisinya

    BalasHapus
  2. boleh juga sebagai modus curi kayu mas,...
    atawa memang pulisi dan polhutnya kada mau uyuh...

    he..he...he... daripada ngurusin sapi mending tidur lagi....!!!??? ha...ha....haaa.....

    BalasHapus