Jumat, 14 Oktober 2011

PERMAENAN MASA KECIL DULU


LAYANGAN DANDANG, salah satu permainan musim panen di RANTAU. Permainan ini merupakan budaya sejak 100 tahun yang lalu.

…musim panen t’lah tiba…maen layang-layang yuk..????

Siapa yang tidak pernah maen layang-layang, dan seperti diriku yang ndeso ini maen laying-layang sudah menjadi agenda tahunan di kampungku. Habis musim panen atau pas musim kemarau pasti juga ada perubahan maenan. Kalo musim banjir kami biasanya maen perahu-perahuan dan belajar berenang ala tarzan. Terjun dari jembatan, dari atas pohon atawa dari atas perahu. Ini sebetulnya uji mental dan keberanian bagi yang baru bisa belajar bakunyung (baca; berenang)

Jadi pola permainan dan jenis permainan dikampung biasanya ditentukan oleh kalender musim juga. Tapi sekarang anak2 lebih suka maen yang siap jadi, beli dan tidak perlu lagi buwat sendiri. Dulu kalo kami mau maen laying-layang kami buwat sendiri, jangan berharap kami bisa dapat di warung. Jadi kami rombongan kedalam hutan untuk cari buluh (baca;bamboo) dan buwat sendiri. Kalo musim buwah kami biasanya maen katekan (baca;ketapel), karena kalo musim buwah (baca; buah)biasanya banyak burung yang suka makan buwah, kalo musim kemarau kami bisanya maen perang-perangan, karena banyak lokasi yang bisa dijadikan medan perang.

Pokoknya kalo ingat permaenan masa kecil dulu, kita ingin mengulang bersama kawan2 lama dan sekarang aku coba turunkan dengan anakku. Tapi kelihatnnya lebih menarik maenan dari cina daripada maenan yang dibuwat oleh bapaknya. Kalo tumatan (baca;dari) cina biasanya ada suara dan jenisnya menarik-menarik.
  
LAYANGAN DANDANG

Di Rantau, yang merupakan salah satu kota Kabupaten yang berada di Propinsi Kalimanatan Selatan ini, budaya maen layangan sudah sejak ratusan tahun yang lalu. Dan nama layangannyapun sudah khas atawa unik. Nama layanganya –layangan dandang—kalo model (baca;bentuk) juga khas. Kalo layangan biasa bentuknya kaya bintang segi 4 tapi kalo yang dandangn ini bentuknya setengah bulat dan dibagian belakanya ada ekornya dan bisa panjang sampai 3-5 meter dan dibagian atas bodi layangannya dipasang buluh (baca;bambu), apabila terkena tekanan angin akan menimbulkan efek suwara yang nyaring.

Suwara yang dihasilkan dari efek bambu ini mendengung dan bisa mencapai 100-500 meter terdengar. Sehingga kalo layangan dandang ini dinaikan bersama-sama makan akan terdengar suawara dengungan bambu yang dipasang itu mendengung dan membuwat suara yang unik dan khas.

Di kampong-kampung di sekitar kota RANTAU ini, kalo sudah musim panen maka akan pestipal laying-layang dandang antara kampong. Mengadu kemampuan suara yang dihasilkan oleh bamboo yang dibuwat dan dipasang diatas laying-layang dandang ini. Suwara dari bamboo inilah yang membedakan antara laying-layang biasa dengan layangan dandang di kota Rantau ini.

Layangan dandang ini bisa mencapai beratnya 5-10 kilogram, dan besar sekali. Untuk menaikannya saja butuh 2-5 orang karena besar dan kuwat sekali tarikannya. Jadi kalao disaat acara adu layangan dandang antara kampong, biasanya seporter kedua kampong ikut-ikutan mempertahankan layangan dandang ini karena saking kuwatnya tarikannya

2 komentar:

  1. Oom Ejhon, kayaknya seru juga tuh kalaunya ikam bisa bawa 1-3 layangan dandang utk dipasang di Muara Tae ...

    BalasHapus
  2. yg jadi penasaran tu siapa yg mngarani jdi "Dandang" dan sejarah y msh simpang siur... hahaha

    By.padandangan mania

    BalasHapus